He is gone too soon...



Rabu, 11 januari 2012

pukul : 03:30 pagi

Malam itu seperti biasanya ayah tertidur di ruang tv karena menonton film. Ayah memang punya kebiasaan seperti itu. tapi pagi ini lain, pukul 03:30 , ayah memanggil-manggil mamak dari ruang tv. mamak terbangun dan langsung keluar kamar. ternyata ayah sudah terduduk lemas dan muntah-muntah. Kata mamak bangkit pun ayah gak sanggup. Lalu mamak membangunkanku, aku yang waktu itu masih lemas karena baru saja pulih dari sakit hepatitis A semakin bertambah lemas begitu melihat keadaan ayah. Ayah tidak sanggup berdiri sendiri, lalu aku dan mamak membopong ayah ke dalam kamar. Sebenarnya aku merasa seperti mimpi melihat keadaan ayah seperti itu. bayangkan saja, kami berdu membopong ayah yang berperawakan tinggi besar itu dari ruang tv ke kamar yang jaraknya cukup jauh. Tapi entah kenapa aku dan mamak sanggup membopong ayah ke kamar lalu membaringkan di tempat tidur. Aku cepat-cepat membangunkan andre adikku untung mengurus ayah sementara aku menghubungi om; adik mamak, untuk membawa ayah ke rumah sakit.

Pukul : 05:00 pagi

om ku dan abang sepupu yang juga aku hubungi sampai di rumah, mereka langsung bergegas membawa ayah ke rumah sakit terdekat. aku dan adik-adik tinggal dirumah sementara mamak ikut ke rumah sakit. aku masih seperti mimpi, melihat ayah yang sehat dan segar bugar bisa jatuh sakit seperti itu. ayah memang memiliki riwayat sakit diabetes, tapi beberapa tahun terakhir ayah sudah memjaga makannya serta rutin berolahraga, makanya waktu itu aku kaget sekali dan enggak percaya ayah bisa sakit. aku memutuskan hari ini untuk enggak masuk sekolah, menunggu kabar di rumah saja sambil membersihkan baju ayah yang terkena muntah. Rasanya mau nangis tapi takut di lihat adik-adik.

Pukul :14: 00 siang

aku menelepon mamak menanyakan keadaan ayah. Mamak bilang ayah tidak apa-apa cuma sakit biasa, tapi aku tahu mamak bohong. tapi karena takut merusak mood mamak aku bilang saja iya. tidak lama dari waktu aku menelepon mamak, aku pergi kerumah sakit berdua dengan Andre sementara nasywa sudah dari pagi di bawa bude kerumahnya. Dan benar dugaanku, ayah enggak baik-baik aja. di rumah sakit ternyata ayah di rawat di ruang ICU, anak kecil juga pasti ngerti, ruang ICU itu diperuntukkan untuk pasen dalam keadaan gawat. Mamak bilang ayah terkena serangan jantung dan stroke ringan. Waktu itu rasanya mau nangis, tapi kembali ku tahan karena aku gak mau mamak juga nangis. aku menunggu di rumah sakit hari itu sampai selesai sholat isya. Mamak memang hebat, aku kagum. belum pernah kulihat airmata mamak keluar selama aku datang kerumah sakit.

Kamis, 12 januari 2012

pukul : 07:00 pagi

hari ini aku masuk sekolah. Bayangin aja, biasanya ke sekolah itu di antar jemput ayah, pagi ini aku harus pergi kesekolah sendiri, rasanya udah mau nangis aja, tapi masih bisa ku tahan. sampai di sekoah teman-teman dekatku yang sudah menunggu aku langsung menanyakan keadaan  ayah, aku yang dari kemarin masih bisa menahan airmata akhirnya gak sanggup juga. aku nangis di depan mereka sembari cerita keadaan ayah, ayah sakit apa dan dirawat diruang apa. Mereka sebisa mungkin menguatkan. hari itu perasaanku gak karuan. seperti ada sesuatu yang akan terjadi dan aku gak tahu itu apa. belajar pun aku gak tenang. 

Pukul : 14:20 siang

jam pulang sekolah. sebenarnya aku ada jadwal briefing ekskul tapi hari itu perasaan dan pikiranku gak tenang. akhirnya aku memutuskan izin dari ekskul untuk pulang ke rumah lebih awal. sampai dirumah aku cepat-cepat membereskan rumah, lalu mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit bersama Andre. sampai di rumah sakit, langsung ku tanyakan keadaan ayah ke mamak. Katanya belum ada perubahan. perasaanku makin tidak karuan. semakin hari sore semakin ramai keluarga yang datang, dan itu makin bikin aku gak nyaman. semacam diberi pertanda sama Allah.

Pukul : 19:00 malam

aku masuk ke ruangan ayah bersama andre dan mamak. hati ini rasanya seperti di pukul orang banyak. Ayahku yang gagah cuma bisa tergolek lemas, banyak selang-selang yang dipasang di tubuh ayah. ku tahan airmataku agar tidak keluar supaya ayah tidak ikut sedih. Ayah cuma bisa mengedipkan mata saja melihat aku dan andre datang. Ku elus tangannya, ku bisikkan ke telinganya "ayah, ini kakak datang. Ayah harus sehat ya." berulang kali kalimat itu kubisikkan. lalu ku pijat kaki ayah agar dia merasa sedikit nyaman. karena ayah di rawat di ICU yang peraturannya sangat ketat, aku dan Andre diminta untuk segera keluar dari sana, cuma mamak yang boleh di dalam. Sebenarnya, mamak sudah menyuruh kami pulang, tapi hati ku bilang jangan. aku bersikeras tetap di rumah sakit.

Pukul : 20:00 malam

om dan istrinya sampai di rumah sakit. oom langsung di panggil mamak kedalam ruangan. pikiranku semakin tidak karuan. aku sampai memanjat kursi tamu untuk mengintip keadaan ayah di dalam sana, padahal perawat sudah memperingatkan  berulangkali. aku tahu ayah makin parah. tapi orang-orang disana bilang ayah baik-baik aja. aku marah karena tidak di izinkan masuk ke dalam ruangan.

Pukul : 20:20 malam

aku mengintip dari sela-sela pintu. kulihat mamak dan om panik, dokter dan perawat keluar masuk ruangan itu. Aku di luar bingung dan takut, abang dan kakak sepupuku berusaha untuk membuatku sabar. aku duduk, tapi pikiranku melayang entah kemana. aku liat dari balik pintu, jantung ayah di pompa, aku mau masuk kesana tapi dilarang oleh seorang perawat. rasanya ingin ku pecahkan jendela kaca ruangan itu. jantung ayah di pompa dengan sebuah alat, dokter naik ke tubuh ayah dan perawat mondar- mandir, mereka panik.

Pukul : 20:40 malam

aku dan andre dipanggil om untuk masuk ke ruangan, sebelum masuk om bilang jangan berisik, aku cuma bisa mengiyakan. begitu masuk, kulihat alat di tubuh ayah sudah dilepas tapi tubuh ayah diam saja. mamak di samping ayah membisikkan sesuatu yang aku gak tahu itu apa. waktu aku belum sadar ayah sudah pergi. lalu istri om ku memelukku sambil berbisik " ayah udah enggak ada, kak Dian harus kuat."

Pukul : 20:45 malam

Ayah dinyatakan meninggal dunia. Di ruang ICU itu aku berteriak memanggil-manggil ayah, tidak peduli dengan pasien lain. lemas rasanya, tidak mampu lagi berdiri. lalu aku dibawa keluar bersama andre. di luar Andre memelukku sambil menangis. aku terus teriak, semua pengunjung rumah sakit melihat ke arah kami, aku lemas dan pingsan sebentar. lalu saat sadar aku sudah di peluk mamak. Mamak sangat tegar, setetes airmata pun enggak keluar dari matanya, meskipun begitu aku tahu, hati mamak yang paling hancur. mamak bilang " kakak jangan begitu, kasian ayah kalo kakak tangisi." tangisku makin pecah di pelukan mamak. Malam itu aku pulang kerumah dengan berbagai macam pikiran dan perasaan yang masih seperti mimpi.
_______________


5 tahun lalu. Kejadian itu sudah aku lewati 5 tahun lalu tapi rasanya seperti baru kemarin. Gadis 16 tahun waktu itu, yang manja, yang apa-apa harus ayah, yang pergi kemana pun harus di antar jemput ayah, yang masih di gendong ayah dari ruang tv ke kamar kalo ketiduran pas nonton tv, yang gak pernah kena pukul ayah semarah apapun itu,tiba-tiba hari itu, ayah dipanggil. Ayah pergi tanpa tanda dari jauh hari ninggalin mamak, aku, Andre dan Nasywa.
Hari ini, aku di paksa untuk dewasa menghadapi segalanya. Aku dipaksa untuk kuat dan menguatkan. Berusaha untuk selalu terlihat bahagia meskipun sama sekali tidak bahagia.
Ayah, kakak sudah dewasa. Sudah berani pergi kemana pun sendirian, bukan penakut lagi. Sudah bisa tertawa. Tapi kalau boleh jujur kakak mau ketemu ayah sebentar aja, supaya kakak bisa cerita apa aja yang kakak lalui selama 5 tahun tanpa ayah. Ayah pasti bangga lihat kakak dari sana. Doain kakak terus supaya bisa membahagiakan mamak dan adik-adik. Kakak percaya cuma jasad yang hilang, tapi jiwa ayah melekat di hati kakak sampai kapanpun.

Ayah, kakak rindu dan akan selalu begitu. Al-Fatihah...




Komentar

Postingan Populer