PADA AKHIRNYA, BIARLAH...
Kenyataannya,
rindu masih menjadi yang paling nakal
mengolok-ngolok aku yang sedang berlatih melupakan
mendobrak tembok pertahanan yang hampir runtuh
usaha melupakanmu adalah yang terberat
rasanya sulit dijelaskan
seperti ada duri yang menyangkut dikerongkongan
tak mengenakkan sama sekali...
tapi aku harus mampu
karena melepasmu adalah caraku menyadarkan diri
bahwa aku bukanlah bahagia yang kau cari...
bahwa aku bukanlah tempat yang pada akhirnya ingin kau tuju.
tidak. aku tidak membencimu.
bahkan tidak pernah bisa.
tapi menjauhlah segera...
kau harus mengerti bagaimana sakitnya,
masih menangkap tawamu dari dua mataku.
pergilah yang jauh,
sampai aku tak lagi ingin tahu kabarmu.
teruslah berlari,
hingga nanti saat melihat senyummu aku tak lagi sakit hati...
pada akhirnya,
biarlah aku melupakanmu dengan tenang,
dengan senang...
teruntuk dia yang bukan siapa-siapa namun menyebabkan banyak bencana (dalam pikiran). Terima kasih untuk segala manis yang berujung pahit.
Ds.
rindu masih menjadi yang paling nakal
mengolok-ngolok aku yang sedang berlatih melupakan
mendobrak tembok pertahanan yang hampir runtuh
usaha melupakanmu adalah yang terberat
rasanya sulit dijelaskan
seperti ada duri yang menyangkut dikerongkongan
tak mengenakkan sama sekali...
tapi aku harus mampu
karena melepasmu adalah caraku menyadarkan diri
bahwa aku bukanlah bahagia yang kau cari...
bahwa aku bukanlah tempat yang pada akhirnya ingin kau tuju.
tidak. aku tidak membencimu.
bahkan tidak pernah bisa.
tapi menjauhlah segera...
kau harus mengerti bagaimana sakitnya,
masih menangkap tawamu dari dua mataku.
pergilah yang jauh,
sampai aku tak lagi ingin tahu kabarmu.
teruslah berlari,
hingga nanti saat melihat senyummu aku tak lagi sakit hati...
pada akhirnya,
biarlah aku melupakanmu dengan tenang,
dengan senang...
teruntuk dia yang bukan siapa-siapa namun menyebabkan banyak bencana (dalam pikiran). Terima kasih untuk segala manis yang berujung pahit.
Ds.
Komentar
Posting Komentar