Setelahnya...
Kemarin yang pergi datang lagi, membawa janji-janji yang dahulu tak sempat ia sampaikan. Mengungkapkan perasaan yang dahulu dia tahan sekuat tenaga untuk dirinya sendiri. Meluapkan rindu yang baginya sudah sangat lama ingin dia utarakan. Menerobos masuk tembok pertahananku. Mencoba meyakinkan bahwa adalah benar ia satu-satunya yang harus ku percaya. Adalah benar bahwa menggantungkan bahagia padanya aku tak akan merasa salah langkah.
Lalu aku luluh. aku membiarkan ia memasuki hidupku. Ku biarkan ia menjadi bagian dalam hari-hariku yang ku yakini akan selamanya begitu. Membuatnya menjadi seorang yang amat penting yang sehari saja tak mendengar kabarnya, aku kehilangan.
Kemudian saat semua kurasa semakin baik, dia menghilang. Meninggalkan aku bersama harapan yang sudah tinggi menjulang dalam otakku. Lantas siapa yang salah? Dia yang tiba-tiba pergi? atau aku yang percaya orang asing dengan mudah sekali?
Kurasa tak ada yang salah disini. Dia hanya berusaha mencari siapa yang bisa membahagiakannya. Dia sedang melakukan seleksi dengan aku yang menjadi salah satu opsinya. Ibaratkan saja dia sedang mengecek ombak dan aku adalah salah satu buih yang ia seleksi dari ribuan buih air laut yang ada.
Aku juga tak salah. Hanya saja kelemahanku adalah terlalu mudah percaya bahwa semua orang itu tulus. Meyakini bahwa setiap yang datang pada akhirnya akan membahagiakan. Tak pernah berfikir bahwa aku hanya dijadikan salah satu opsi saja.
Tapi tenang saja. Setelah hilangmu kali ini, aku akan lebih berhati-hati membuka perasaan. Aku tak akan dengan mudah membiarkan orang asing yang ingin mengobrak-abrik pertahananku lagi masuk dengan mudah. Rasanya memang melelahkan, tapi pada akhirnya biarlah aku yang lelah sendiri. Dan kau berbahagialah, semoga buihmu yang selanjutnya adalah buih dari ombak yang terakhir. Sehingga dia tak rasakan menjadi aku.
Berbahagialah.
Dariku,
yang sempat mengira menjadi buih ombak terakhirmu.
D.s
Komentar
Posting Komentar